Blog Archives

Perjalanan seorang sahabat dalam mencari kebenaran.Part 2: “Aku seorang muslim merdeka”

.

Sambungan dari postingan sebelumnya:  Perjalanan seorang sahabat dalam mencari kebenaran. Part:1 (dari seorang mulia hingga budak).

.

…Mulai saat itu aku tinggal bersama orang yang membeliku, hingga pada suatu hari datang seorang Yahudi Bani Quraidhah yang membeliku dari majikanku saat ini. Lalu aku dibawa ke Madinah. Demi Allah, sejak pertama melihat negeri ini, aku yakin negeri inilah yang dimaksud.

Aku tinggal bersama Yahudi itu dan bekerja di kebun kurma miliknya. Hingga Allah mengutus Rasul-Nya. Hingga dia datang ke Madinah, dan singgah di Quba, di bani Amru bin Auf.

Suatu hari aku berada di atas pohon kurma dan majikanku berada di bawah , sepupu majikanku datang dengan kabar , “Celakalah bani Qailah. Mereka berkerumun mengelilingi seorang laki-laki di Quba. Dia datang dari Mekah dan mengaku sebagai Nabi.”

Demi Allah, ketika mendengar berita itu , tubuhku gemetar keras hingga pohon kurma itu seakan berguncang dan hampir saja tubuhku jatuh menimpa majikanku. Aku segera turun dan berkata kepada orang tadi , “Apa yang tuan katakan ? Ada berita apa?”

Majikanku mengangkat tangannya dan memukulku dengan keras. Ia membentak, “Apa urusanmu dengan masalah ini. Sana, kembali bekerja. “Maka aku pun kembali bekerja.”

Setelah mulai petang, aku berangkat ke Quba dengan membawa sedikit makanan. Aku menemui Rasulullah yang saat itu bersama beberapa sahabatnya. Aku berkata, “Tuan-tuan adalah perantau yang membutuhkan bantua. Saya punya makanan yang saya siapkan untuk sedekah. Setelah mendengar keadaan tuan-tuan,  saya pikir tuan-tuan lebih berhak menerimanya.” Lalu makanan itu kutaruh di dekat mereka.

Rasulullah berkata kepada para sahabatnya, “Makanlah dengan menyebut nama Allah.” Sedangkan beliau sendiri tidak ikut makan.

Aku berkata dalam hati. “Demi Allah, ini suatu tanda yang disebutkan.Dia tidak memakan sedekah.” Lalu aku pulang.

Keesokan harinya aku kembali menemui Rasulullah dengan membawa makanan. Aku berkata kepadanya, “Aku melihat tuan tidak makan sedekah. Aku mempunyai makanan yang kuberikan sebagai hadiah untuk tuan.” Dan, Makanan itu kutaruh di dekatnya.

Rasulullah bersabda kepada para sahabatnya, “Makanlahdengan menyebut nama Allah.” Beliaupun makan bersama mereka.

Aku berkata dalam hati, “Demi Allah, ini tanda kedua. Dia mau memakan hadiah.” Lalu aku pulang.

Beberapa hari kemudian, aku kembali menemui rasulullah yang saat itu berada di pemakaman Baqi’ , sedang mengiringkan jenazah. Beliau bersama para sahabatnya. Beliau mengenakan dua lembar kain lebar. Satu dipakainya untuk sarung dan satu lagi sebagai baju.

Aku mengucapkan sala kepadanya, lalu aku menoleh ke arah punggung atasnya. Rupanya beliau mengerti maksudku. Maka beliau menyingkapkan kain burdah dari pundaknya, hingga tanda yang kucari terlihat di antara dua pundaknya. Tanda kenabian seperti yang disebutkan oleh si pendeta.

Melihat itu, aku merangkul dan menciumnya sambil menangis.

Lalu aku dipanggil menghadap Rasulullah. Aku duduk di hadapannya. Kuceritakan kisahku kepadanya seperti yang kuceritakan kepada kalian saat ini.

Lalu aku masuk islam. Saat terjadi perang Badar dan Uhud, aku tidak bisaikut karena statusku masih menjadi budak belian.

Suatu hari , Rasulullah memerintahkan kepadaku, “Mintalah kepada tuanmu agar ia bersedia membebaskanmu dengan uang tebusan.” Maka aku meminta kepada majikanku sbagaimana diperintahkan Rasulullah. Rasulullah juga menyuruh para sahabat untuk membantuku soal keuangan. Akhirnya aku terbebas dari perbudakan. Aku seorang muslim merdeka. Setelah itu aku ikut dalam perang Khandaq dan peristiwa – peristiwa penting lainnya.

.

Alhamdulillah…

Dengan perjuangan yang seperti itu , tidak heran sahabat tersebut menjadi salah seorang sahabat yang memiliki kontribusi yang tidak sedikit dalam perkembangan dakwah islam. Bahkan dalam perang pertamanya beliaulah salah satu orang yang sangat berjasa memberikan masukan strategi, yang belum pernah dikenal di Arab pada saat itu. Yaitu dengan membuat parit di sekeliling kota, sehingga perang tersebut diabadikan namanya menjadi perang Khandaq (parit). Siapakah beliau…dialah Salman Al-Farisi.

.

Sumber:  dimodifikasi dari “60 sirah sahabat Rasulullah saw”-khalid muhammad khalid

Perjalanan seorang sahabat dalam mencari kebenaran. Part:1 (dari seorang mulia hingga budak)

deset dunes (beijinghikers.com)

Disuatu hari, dibawah pohon rindang di kota Madinah. Terdapat seorang sahabat Rasulullah yang mulia. Tampak terlihat ia sedang berada di dalam suatu majelis bersama rekan – rekannya. Di sana ia menceritakan kepada rekan – rekannya, perjuangan berat yang ia alami demi mencari kebenaran.

Mari sejenak kita mendekat ke dalam majelis ilmu dan hikmah tersebut untuk mendengarkan lalu menyimak dengan seksama penuturan beliau.

“Aku berasal dari wilayah Ishafan , dari desa Ji, ayahku seorang kepala wilayah. Aku adalah orang yang paling disayanginya. Aku membaktikan diri dalam agama Majusi. Aku bertugas sebagai penjaga api peribadatan agar tetap menyala.

Ayahku memiliki sebidang tanah. Suatu hari aku disuruhnya kesana. Dalam perjalanan ke tempat tujuan, aku melewati sebuah gereja. Kudengar mereka sedang sembahyang, maka aku masuk untuk melihat apa yang mereka lakukan. Aku kagum melihat cara mereka sembahyang. Aku berkata dalam hati , “ini lebih baik dari agama Majusi yang kuanut selama ini.”

Aku berada di gereja itu sampai matahari terbenam. Aku tidak ke ladang ayahku dan juga tidak pulang, hingga ayah mengirim oarng untuk menyusulku.

Karena agama mereka menarik perhatianku, kutanya kepada orang-orang Kristen itu, dari mana asal-usul agama mereka. Mereka menjawab, “Dari negeri Syam.”

Ketika pulang kuceritakan pada ayah, “Aku melewati suatu kaum yang sedang sembahyang di gereja. Aku tertarik dengan cara sembahyang mereka. Menurutku , agama mereka lebih baik dari agama kita.”

Terjadi dialog antara kami. Ayah marah. Aku dirantai dan dikurung.

Aku kirim kabar kepada orang – orang kristen bahwa aku telah menganut agama mereka. Aku meminta kepada mereka untuk mengabariku jika ada rombongan dari Syam yang datang. Aku akan ikut mereka saat pulang ke Syam. Permintaanku itu mereka kabulkan. Aku putuskan ikatanku lalu keluar dari kurungan dan bergabung dengan rombongan itu menuju Syam.

Sesampainya disana , aku bertanya tentang ahli agama mereka. Mereka menjawab, “Uskup pemilik gereja.” Maka aku menemuinya, meneritakan keadaanku. Aku tinggal bersamanya, menjadi pelayan gereja, sembahyang dan belajar. Sayang , uskup ini orangyang tidak baik. Ia mengumpulkan sedekah dari warga yang semstinya dibagikan, namu ia simpan untuk kepentingan pribadinya.

Kemudian, uskup itu meninggal dunia. Mereka mengangkat orang lain sebagai penggantinya. Uskup baru ini saat taat beragama . Aku belum menjumpai orang lain yang  lebih zuhud dan lebih rajin beribadah darinya.

Aku sangat menghormatinya, melebihi yang lain. Saat ia akan meninggal dunia, aku bertanya kepadanya, “Anda tahu bahwa kematian akan menjemput anda. Apa yang harus kuperbuat? Kepada siapa aku harus berguru?”

“Anakku, hanya ada satu orang yang sepertiku. Dia tinggal di Mosul.”

Setelah ia wafat, aku berangkat ke Mosul dan menghubungi pendeta yang disebutkannya. Kuceritakan apa yang terjadi. Aku tinggal bersamanya cukup lama, hingga ia meninggal dunia. Sebelum ia meninggal , aku bertanya kepadanya. Dia menunjukkanku kepada seorang ahli ibadah di Nasibin. Aku datang kepadanya dan kuceritakan keadaanku. Aku tinggal bersamanya cukup lama , hingga ia meninggal dunia. Sebelum ia meninggal dunia , aku bertanya kepadanya. Aku disuruh berguru kepada sesorang lelaki di Amuria, Romawi. Aku berangkat ke sana dan tinggal bersamanya. Untuk memenuhi kebutuhanku , aku berternak sapi dan kambing.

Ketika dia akan meninggal dunia, aku memintannya menunjukkanku orangyang harus kuikuti. Dia berkata, “Anakku, aku tidak menyuruhmu datang ke siapa pun. Saat ini sudah diutus seorang Nabi yang membawa risalah Nabi Ibrahim. Dia akan hijrah ke satu tempat yang ditumbuhi kurma dan terletak diantara dua bebatuan hitam. Jika kau bisa pergi ke sana, lakukanlah. Dia mempunyai tanda-tanda yang jelas. Dia tidak menerima sedekah, tapi menerima hadiah. Dipundaknya ada tanda kenabian. Jika kamu melihatnya, kamu pasti mengenalnya.”

Suatu hari, ada rombongn lewat. Kutanyakan asal – usul mereka. Merka dari jazirah Arab. Maka aku berkata kepada mereka, “Maukah kalian membawaku ke negeri kalian, dan sebagai imbalannya kuberikan kepada kaliansapi-sapi dan kambing-kambingku ini?”

“Baiklah,” kata mereka.

Aku ikut bersama rombongan itu. Ketika Sampai di daerah Wadil Qura, mereka berkhianat. Aku dijual ke seorang Yahudi. Aku melewati daerah yang penuh dengan pohon kurma. Aku mengira tempat itulah yang dimaksud oleh pendeta. Tempat yangakan dijadikan tujuan hijrah Nabi. Tapi ternyata bukan… (Bersambung ke Part 2: Aku seorang muslim merdeka)

.

Siapakah beliau? karena ceritanya cukup terkanal, sepertinya banyak sahabat yang bisa menebak. Yang belum..tunggu part selanjutnya dari kisah sarat hikmah ini.

.

Sumber:  dimodifikasi dari “60 sirah sahabat Rasulullah saw”-khalid muhammad khalid